Kunjungan Prof. Hicks (Lecture in University of Kentucky)



Pada hari Rabu tanggal 27 Mei 2009 sekitar pukul 10:00 WIB laboratorium pengelolaan limbah agroindustri dikunjungi oleh Prof. Dr. Clair L. Hicks. Beliau
adalah profesor ilmu pangan dari departemen hewan dan ilmu pangan University of Kentucky, Lexington Amerika Serikat.

Sebelumnya pakar bidang ilmu pangan ini memberikan ceramah workshop yang dilaksanakan pada hari Senin dan Selasa tanggal 25 & 26 Mei 2009 tentang pangan kepada civitas akademika Fakultas Pertanian Unila.

Kunjungannya ke laboratorium kami untuk melihat fasilitas laboratorium yang ada dan menerima penjelasan dari Dr. Ir. Udin Hasanudin tentang beberapa penelitian yang telah dilakukan di laboratorium ini.

Semoga dengan adanya kunjungan beliau ke laboratorium kami akan memberi semangat pada peneliti yang ada di laboratorium ini untuk terus berkarya. Amin.




Read More...
AddThis Social Bookmark Button

KAJIAN PROSES START-UP REAKTOR ANAEROBIK DUA TAHAP PADA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KARET REMAH (CRUMB RUBBER)

ABSTRAK Hasil Penelitian
Oleh
Nindy Amelia, S.T.P.
Dr. Eng. Udin Hasanudin, M.T.
Dr. Ir.Tanto Pratondo Utomo, M.Si.

Reaktor anaerobik dua tahap skala laboratorium merupakan alternatif untuk meningkatkan kinerja kolam anaerobik dalam mengolah limbah cair industri karet remah. Bakteri anaerobik memiliki laju pertumbuhan yang lambat dan reaksi yang terlibat cukup kompleks sehingga perlu dilakukan proses start-up. Start-up reaktor anaerobik dilakukan hingga tercapainya kondisi tunak (steady) yang ditandai dengan kemampuan menurunkan nilai COD dan kestabilan nilai pada pH.

Penelitian ini bertujuan mendapatkan kondisi tunak pada proses start-up reaktor anaerobik dua tahap menggunakan limbah cair industri karet remah dan mengkaji kinerja reaktor anaerobik dua tahap dalam mengolah limbah cair industri karet remah.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskripsi. Reaktor anaerobik dua tahap yang digunakan terdiri dari dua tangki yaitu Methane Tank (MT) dan Acid Tank (AT) dengan volume kerja masing-masing tangki yaitu 5 L untuk MT dan 2 L untuk AT. Pengamatan dilakukan terhadap nilai pH, T-COD (Total Carbon Oxygen Demand), S-COD (Soluble Carbon Oxygen Demand) dan nitrogen amonia (N-NH3).

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa nilai pH pada masing-masing tangki terlihat stabil dengan nilai pH rata-rata 6,74 pada AT dan 7,34 pada MT. Nilai T-COD mengalami penurunan dengan persentase penyisihan T-COD rata-rata sebesar 83,48% pada AT dan 92,04% pada MT. Nilai S-COD mengalami penurunan dengan persentase penyisihan S-COD rata-rata sebesar 77,54% pada AT dan 92,78% pada MT. Nilai nitrogen amonia mengalami lonjakan dan jumlahnya meningkat. Pada AT, nilai nitrogen amonia pada hari ke-20 sebesar 269,6 mg/L, menjadi 382,95 mg/L hari ke-30 dan hari ke-40 kembali turun menjadi 324,65 mg/L, sedangkan pada MT meningkat dari 238,25 mg/L pada hari ke-20, menjadi 289,5 mg/L hari ke-30, kemudian turun menjadi 280,45 mg/L pada hari ke-40.

this text will send you completed if you contact this author weblog ... at yus.positif@gmail.com or abah.oryza@gmail.com or mar_nayanti@yahoo.co.id

Read More...
AddThis Social Bookmark Button

STUDI PEMANFAATAN ONGGOK SEBAGAI BIOIMMOBILIZER MIKROORGANISME DALAM PRODUKSI BIOGAS DARI LIMBAH CAIR INDUSTRI TAPIOKA

ABSTRAK Hasil Penelitian
Oleh
Afni Chardialani, S.T.P.
Dr. Eng. Udin Hasanudin, M.T.
Dr. Ir. Siti Nurdjanah, M.Sc.
Industri tapioka menghasilkan limbah cair dan onggok sebagai hasil samping proses pengolahan tapioka. Kandungan bahan organik dalam jumlah tinggi pada limbah cair tapioka akan menimbulkan masalah bagi keseimbangan lingkungan. Umumnya pengolahan limbah cair yang diterapkan di industri tapioka menggunakan sistem kolam anaerobik sedangkan onggok yang dihasilkan dijual kepada para peternak sebagai pakan ternak atau untuk kebutuhan lainnya.

Sistem kolam anaerobik memiliki beberapa kelemahan diantaranya memerlukan waktu yang lama untuk merombak bahan organik yang terdapat dalam air limbah tapioka karena rendahnya laju pertumbuhan spesifik bakteri metanogenik. Pada penelitian ini onggok dimanfaatkan sebagai bioimmobilizer (media pertumbuhan melekat) bagi bakteri dan mensuplai bahan organik dengan harapan dapat mengoptimalkan produksi gas metana dari limbah tapioka.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi Performance Methane Fermentation Bioreactor dalam mengolah limbah cair industri tapioka dengan penambahan onggok ke dalam bioreaktor pada produksi gas metana. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskripsi. Pengamatan dilakukan terhadap produksi gas harian, konsentrasi metana, Total Solid (TS), Volatile Total Solid (VTS), Total Chemical Oxygen Demand (T-COD), Soluble Chemical Oxygen Demand (S-COD), dan nilai pH.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan onggok sebagai bioimmobilizer sebanyak 1% tanpa pencucian (T3) menunjukkan performance terbaik dibandingkan dengan penambahan onggok 1% (T1) dan 5% (T2) dengan pencucian. Hal tersebut dapat dilihat dari kestabilan nilai pH (rata – rata 6,32), efisiensi degradasi bahan organik (rata – rata 117,42%), nilai T-COD (rata – rata 5.747,33 mg/L) dan S-COD (rata – rata 2.575 mg/L), COD removal yang tinggi (rata – rata 6.003,94 mg/L), rata – rata jumlah total solid (rata – rata 5.860 mg/L) dan volatile total solid (rata – rata 4.088 mg/L) serta tingginya konsentrasi gas metana yang dihasilkan (rata – rata 40,40%).


this text will send you completed if you contact this author weblog ... at yus.positif@gmail.com or abah.oryza@gmail.com

Read More...
AddThis Social Bookmark Button

KAJIAN POTENSI PEMBENTUKAN GAS METANA DAN NERACA MASSA KARBON PADA KOLAM ANAEROBIK INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) INDUSTRI KARET REMAH (CRUMB

ABSTRAK Hasil Penelitian
Oleh
Cicin Dewi Rosalin, S.T.P.
Dr. Eng. Udin Hasanudin, M.T.
Dr.Ir. Tanto Pratondo Utomo, M.Si.

Air limbah industri karet mengandung bahan organik yang cukup tinggi seperti senyawa karbon, nitrogen, dan fosfor serta memiliki nilai kebutuhan oksigen kimia (COD) sebesar 3000-5000 mg/l yang dapat berpotensi mencemari lingkungan. Pada umumnya penanganan limbah cair industri karet remah menggunakan kolam anaerobik dan kolam fakultatif. Sistem kolam anaerobik merupakan salah satu pengolahan air limbah yang di dalamnya terjadi degradasi bahan-bahan organik tanpa adanya oksigen bebas yang menghasilkan gas metana dan karbondioksida. Gas metana yang dihasilkan oleh bakteri metanogenik dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif (bahan bakar) sehingga dapat mengurangi dampak pemanasan global. Penelitian ini bertujuan mengetahui dan menganalisis potensi pembentukan gas metana berdasarkan nilai COD dan neraca massa karbon pada kolam anaerobik IPAL industri pengolahan karet remah.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskripsi. Penelitian dilakukan di lapangan dan diambil sampel berupa limbah cair karet yang berasal dari inlet dan outlet kolam anaerobik IPAL PTPN VII Unit Usaha Way Berulu. Pengamatan yang dilakukan antara lain T-COD, pengukuran volume gas, konsentrasi gas metana dan neraca massa karbon.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Potensi pembentukan gas metana pada kolam anaerobik 1 IPAL industri karet remah PTPN VII Unit Usaha Way Berulu sangat kecil, pada inlet sebesar 0% dan outlet sebesar 0,46 % sehingga gas metana yang dihasilkan tidak dapat dimanfaatkan menjadi energi alternatif (bahan bakar). Berdasarkan neraca massa karbon PTPN VII Unit Usaha Way Berulu karbon yang terkandung dalam air limbah cukup rendah yaitu sebesar 0,615705 ton/hari, karbon yang dikonversikan menjadi gas hanya sebesar 0,3350% (gas metana 0,0463% dan 0.2887% karbondioksida) sedangkan yang terakumulasi (terendap) di dasar kolam sebesar 76,64% dan sisanya 23,02% terbawa air limbah menuju kolam berikutnya.


this text will send you completed if you contact this author weblog ... at yus.positif@gmail.com or abah.oryza@gmail.com or mar_nayanti@yahoo.co.id

Read More...
AddThis Social Bookmark Button

PENGARUH KONSENTRASI ALUMINIUM SULFAT DAN pH AIR LIMBAH TERHADAP KARAKTERISTIK BEBAN CEMARAN LIMBAH CAIR DEWATERING BAGASSE DI PT. GUNUNG MADU PLAN

ABSTRAK Hasil Penelitian
Oleh
Ali Sidiq, S.T.P.
Dr. Eng. Udin Hasanudin, M.T.
Ir. Otik Nawansih, M.P.

Proses pengurangan air (dewatering) dari bagasse potensial menimbulkan limbah cair diluar musim giling. Air limbah dewatering bagasse tersebut memiliki warna gelap kecoklatan. Hal ini disebabkan oleh degradasi senyawa lignin selama penimbunan bagasse. Selain itu terjadinya reaksi maillard antara komponen-komponen gula yang masih tersisa dalam bagasse sisa pemerahan dengan gugus amina diduga juga memberikan kontribusi yang besar. Oleh karena itu dalam rangka mengurangi beban pengolahan limbah cair dari instalasi pengolahan air limbah, perlu adanya proses pre treatment terhadap air limbah hasil dewatering bagasse sebelum limbah cair ini masuk ke dalam IPAL dengan menghilangkan atau mengurangi jumlah bahan organik tersuspensi melalui proses koagulasi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan konsentrasi koagulan aluminium sulfat dan pengaturan pH air limbah terhadap karakteristik beban cemaran dalam limbah cair dewatering bagasse.

Perlakuan disusun secara faktorial (6x3) dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan 2 ulangan. Faktor pertama adalah dosis koagulan aluminium sulfat yang terdiri dari 6 taraf, yaitu 500 ppm (K1), 1500 ppm (K2), 2500 ppm (K3), 3500 ppm (K4), 4500 ppm (K5), dan 5500 ppm (K6). Faktor kedua adalah pengaturan tingkat keasaman (pH) air limbah yang terdiri dari 3 taraf yaitu 6 (P1), 7 (P2), dan 8 (P3). Homogenitas data yang diperoleh diuji dengan uji Bartlet dan kemenambahan data diuji dengan uji Tuckey. Data kemudian diolah dengan sidik ragam untuk mendapatkan penduga ragam galat. Selanjutnya data dianalisis dengan uji lanjut perbandingan dan polinomial ortogonal pada taraf 1% dan 5%. Pengamatan dilakukan terhadap parameter pH, TSS, kekeruhan, dan nilai COD.

Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan konsentrasi aluminium sulfat dan tingkat keasaman air limbah (pH) berpengaruh nyata terhadap pH akhir air limbah, total padatan tersuspensi (TSS), kekeruhan, dan nilai chemical oxygen demand (COD) sedangkan interaksi antara konsentrasi aluminium sulfat dan tingkat keasaman (pH) hanya berpengaruh nyata terhadap pH akhir air limbah dan total padatan tersuspensi (TSS).

Penambahan koagulan aluminium sulfat sebesar 500 ppm dalam air limbah ber-pH 7 menghasilkan penurunan beban cemaran limbah cair dewatering bagasse yang terbaik dengan nilai pH akhir air limbah sebesar 6,57; nilai TSS 1.165 mg/L, kekeruhan 1.852 NTU, dan COD 25.150 mg/L.


this text will send you completed if you contact this author weblog ... at yus.positif@gmail.com or abah.oryza@gmail.com

Read More...
AddThis Social Bookmark Button

PENGARUH KONDISI REACT PADA SEQUENCING BATCH REACTOR (SBR) TERHADAP EFISIENSI PENYISIHAN KARBON, NITROGEN DAN FOSFOR SECARA SIMULTAN DARI LIMBAH CAIR

ABSTRAK Hasil Penelitian
Oleh
Hasna Wildayanti, S.T.P.
Dr. Ir. Tanto Pratondo Utomo, M.Si.
Ir. Otik Nawansih, M.P.

Industri pengolahan karet remah berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan antara lain dari limbah cair yang dihasilkan. Limbah cair karet remah berbahan baku bokar mempunyai kandungan bahan organik berupa COD sekitar 600-900 mg/l, nitrogen amonia 8-30 mg/l, dan ortofosfat 23-167 mg/l (Utomo dkk, 2003). Senyawa-senyawa nitrogen dalam limbah cair karet remah antara lain dapat menimbulkan eutrofikasi dan bersifat racun terhadap mamalia dan berbahaya bagi berbagai jenis organisme akuatik (Sawyer et al., 1994; Barber dan Stuckey, 2000). Alternatif yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan Sequencing Batch Reactor (SBR).

Pengolahan limbah cair pabrik karet menggunakan SBR dilakukan dengan dua waktu siklus. Siklus pertama dengan waktu 12 jam dan siklus kedua waktu siklus diturunkan menjadi 8 jam. Pada penelitian ini waktu siklus SBR yang digunakan adalah 12 jam dan 8 jam. Hal ini dimaksudkan untuk memperpendek waktu siklus, sehingga lebih banyak limbah dapat diolah dengan penyisihan optimal dalam waktu yang singkat dari beberapa konfigurasi fase react yang berbeda. Siklus SBR yang digunakan terdiri dari tiga tahap react, yaitu react1 (anoksik), react2 (aerobik), dan react3 (anoksik).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyisihan karbon (CODs), nitrogen (amonia-soluble) dan fosfor (ortofosfat-soluble) terbaik didapatkan dengan pengolahan limbah cair karet menggunakan SBR konfigurasi 12a dengan waktu siklus fill 1 jam, react1 3 jam, react2 3 jam, react3 3 jam, settle 1 jam, dan decant 1 jam. Penyisihan COD sebesar 69,19%, amonia 70,37%, dan orthofosfat sebesar 3,8%. Selain itu penyisihan karbon (CODs), nitrogen (amonia soluble) dan fosfor (ortofosfat soluble) yang diolah dengan waktu siklus 12 jam lebih efektif dibandingkan dengan waktu siklus SBR 8 jam.


this text will send you completed if you contact this author weblog ... at yus.positif@gmail.com or abah.oryza@gmail.com



Read More...
AddThis Social Bookmark Button

KAJIAN PROSES PEMBENTUKAN GAS METANA (CH4) BERDASARKAN NILAI COD DAN NERACA MASSA KARBON PADA IPAL INDUSTRI TAPIOKA DAN KELAPA SAWIT


ABSTRAK Hasil Penelitian
Oleh
Umi Pristi Prayati, S.T.P.
Dr. Eng. Udin Hasanudin, M.T.
Ir. Otik Nawansih, M.P.

Ubi kayu dan kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting dalam bidang agroindustri dan banyak dikembangkan oleh sebagian besar petani di Provinsi Lampung. Seiring dengan meningkatnya peranan industri pengolahan kelapa sawit dan ubi kayu dalam perkembangan agroindustri di Lampung, meningkat pula masalah pencemaran yang ditimbulkannya terutama yang disebabkan oleh air imbah. Air limbah tapioka memiliki nilai kebutuhan oksigen kimia (COD) yang cukup tinggi yaitu sebesar 13.500-22.000 mg/l, sedangkan nilai COD air limbah kelapa sawit sebesar 15.103-65.100 mg/l. Penanganan air limbah tapioka dan kelapa sawit umumnya dengan menggunakan sistem kolam terbuka berupa kolam anaerob, kolam fakultatif, dan kolam aerob. Air limbah tapioka dan kelapa sawit dapat berpotensi menghasilkan gas metana, karena air limbah tersebut masih mengandung bahan-bahan organik. Bahan-bahan organik tersebut biasanya mengandung nutrisi yang cukup baik untuk pertumbuhan bakteri metanogenik. Adanya bakteri metanogenik di dalam kolam dapat menyebabkan terjadinya proses metanogenesis yang dapat menghasilkan gas metana. Gas metana yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif sehingga dapat mengurangi dampak pemanasan global

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian lapangan dengan pengambilan sampel berupa limbah cair tapioka yang berasal dari kolam anaerobik 3,4, dan kolam anaerobik 5 di IPAL PT Umas Jaya Agrotama Lampung Tengah dan limbah cair dari kolam anaerobik dari IPAL PTPN VII Unit Usaha Bekri yang berasal dari kolam anaerobik 1 dan 2. Selanjutnya akan dianalisis pengukuran T-COD baik inlet maupun outlet, komposisi gas, volume gas metana, dan neraca massa karbon.

Pengukuran volume gas metana dilakukan langsung pada IPAL PT Umas Jaya Agrotama Lampung Tengah dan IPAL PTPN VII Unit Usaha Bekri. Pengukuran volume gas metana dilakukan dengan teknik sungkup. Sungkup dibuat dari bahan plastik dengan ukuran 60x35x30 cm3, kemudian diapungkan pada kolam yang dianalisis agar tidak terjadi pertukaran gas. Sungkup diberi lubang yang akan dihubungkan dengan gas flow meter untuk dihitung volume gas metana yang dihasilkan. Data yang diperoleh dikonversikan dalam N liter. Hasil analisis data disajikan secara deskriptif dalam bentuk grafik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi pembentukan Potensi pembentukan gas metana pada IPAL PT Umas Jaya Agrotama terdapat pada kolam anaerobik ke-4 yaitu sebesar 54,431%, sedangkan pada PTPN VII Unit Usaha Bekri, potensi pembentukan gas metana terdapat pada kolam anaerobik ke-2 yaitu sebesar 61%. Berdasarkan neraca massa karbon PTPN VII Unit Usaha Bekri karbon yang dapat dikonversikan menjadi biogas terdapat pada kolam anaerobik sebesar 33% dimana (sebagai gas metana 9% dan CO2 24%) dan yang mengendap sebesar 42%. Sedangkan pada PT Umas Jaya Agrotama karbon yang dapat dikonversikan menjadi biogas terdapat pada kolam anaerobik sebesar 25% dimana (sebagai gas metana 15% dan CO2 10%) dan yang mengendap sebesar 35%. Perlu dilakukan pengkajian pemanfaatan biogas yang dihasilkan pada kolam anaerobik untuk keperluan industri sehingga dapat mengurangi dampak pemanasan global.


this text will send you completed if you contact this author weblog ... at yus.positif@gmail.com or abah.oryza@gmail.com



Read More...
AddThis Social Bookmark Button

KAJIAN BEBAN PENCEMARAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU DI KAWASAN INDUSTRI PENGOLAHAN TAHU KELURAHAN GUNUNG SULAH


ABSTRAK Hasil Penelitian
Oleh
Utami Ningsih, S.T.P.
Dr. Eng. Udin Hasanudin, M.T.
Dr. Sri Hidayati, S.T.P., M.P.

Limbah cair industri tahu yang dibuang secara langsung tanpa pengolahan menyebabkan terjadinya pencemaran air, seperti warna sungai menjadi keruh dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Hal ini disebabkan karena terlalu banyaknya kapasitas air limbah yang dibuang dari industri tahu setiap harinya. Untuk mengetahui tingkat beban pencemaran lingkungan di kawasan Gunung Sulah perlu diketahui jumlah industri tahu, kapasitas produksi dan jumlah limbah cair, serta karakterisasi limbah cair tahu untuk menentukan cara pengolahan limbah cair yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran/profil industri tahu dan beban pencemaran limbah cair yang dihasilkan di kawasan industri pengolahan tahu Kelurahan Gunung Sulah.

Metode penelitian yang dilakukan yaitu survei lapangan. pengisian kuesioner dan wawancara terhadap pengusaha tahu, serta pengambilan sampel limbah cair tahu untuk di analisis mutunya. Hasil pengamatan dan analisis dihitung menggunakan metode deskriptif. Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah jumlah pabrik dan kapasitas produksi, jumlah dan karakteristik limbah cair indutri tahu, seperti nilai COD, pH, suhu, TSS, kekeruhan dan N total dan P total.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah pengusaha tahu di Kelurahan Gunung Sulah adalah 166 industri. Kapasitas produksi tahu di kawasan ini mencapai 7970 kg/hari dengan jumlah air yang digunakan untuk proses produksi rata-rata 16,7 l/kg dan mengeluarkan limbah cair tahu sebesar 9,46 l/kg perhari, sehingga kapasitas limbah cair yang dibuang setiap harinya yaitu sebesar 75,39 m3/hari. Beban pencemaran limbah cair tahu di kawasan ini mencapai 746,56 kg COD/hari Saran yang dapat diberikan adalah melakukan pengolahan terhadap limbah cair tahu sebelum dibuang ke perairan dengan memanfaatkan kolam IPAL yang ada di Kelurahan Gunung Sulah.


this text will send you completed if you contact this author weblog ... at yus.positif@gmail.com or abah.oryza@gmail.com



Read More...
AddThis Social Bookmark Button

STUDI KINERJA BIOREAKTOR ANAEROBIK DUA TAHAP DENGAN SONIFIKASI DALAM PRODUKSI GAS METANA (CH4) DARI AIR LIMBAH INDUSTRI KELAPA SAWIT

ABSTRAK Hasil Penelitian
Oleh
Dicky Pramudya, S.T.P.
Dr. Eng. Udin Hasanudin, M.T.
Dr. Sri Hidayati, S.T.P., M.P.


Penelitian ini menggunakan bioreaktor dua tahap yaitu, tahap pembentukan asam dengan tahap pembentukan gas metana. Sonifikasi diharapkan mampu meningkatkan kemampuan air limbah untuk diuraikan (biodegradibility). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja bioreaktor dua tahap dan pengaruh sonifikasi terhadap kinerja bioreaktor dalam mengolah air limbah industri kelapa sawit.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskripsi. Pada acid tank (AT-2) dikeluarkan limbah sebanyak 2500 mL, methane tank (MT-2) sebanyak 3000 mL. Limbah yang dikeluarkan dari AT dimasukkan ke dalam MT ditambahkan lumpur. Limbah segar yang dimasukkan sebanyak 1000 mL, sedangkan pada MT dikeluarkan sebanyak 2500 mL dan dimasukkan sebanyak 2500 mL limbah segar. Masing-masing efluen tengki dianalisis pH, suhu, Total COD, Soluble COD, Suspended Solid dan Volatile Suspended Solid-nya dengan sampel sebanyak 100 mL untuk MT-2 dan AT-2 50 mL.

Hasil pengukuran parameter pengamatan sebagai berikut : Nilai pH rata-rata kedua tengki sebesar 7,30. Dengan tengki MT-1 (tanpa sonifikasi) menghasilkan pH berkisar 7,21 - 7,77 dan MT-2 (sonifikasi) berkisar 7,26 - 7,70. Biogas yang diproduksi untuk MT-1 rata-rata sebesar 15,04 L/hari dengan konsentrasi gas metana sebesar 56,37%. COD removal-nya sebesar 42,93%, T-COD 7.344 mg/L.hari, SS 5.124 mg/L.hari dan VSS 3.513 mg/L.hari. Pada MT-2 dihasilkan 11,49 L/hari dengan konsentrasi gas metana sebesar 55,75%. Efluen MT-2 memiliki T-COD 6.863 mg/L.hari, SS 4.542 mg/L.hari dan VSS 3.421 mg/L.hari. Kandungan COD rata-rata untuk umpan air limbah segar adalah 41.653 mg/L.hari.

this text will send you completed if you contact this author weblog ... at yus.positif@gmail.com or abah.oryza@gmail.com







Read More...
AddThis Social Bookmark Button